Partai Penyeimbang Menyebabkan SBY tak Punya Teman (Lagi)
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKini, SBY menjadi objek serangan dari lawan politik. Tak terlihat teman yang datang membantu.
Isu penyadapan yang berhembus di pengadilan dimana Basuki Tjahaya Purnama menjadi terdakwa membuat tensi politik semakin tinggi. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang menjadi objek penyadapan tersebut meradang. Dia menumpahkan segala kekecewaan itu di akun media social miliknya Twitter. Isu panas itupun bak bola salju menyapu kesana-kemari.
Sejumlah instansi dan alat Negara satu-persatu membantah terlibat dalam penyadapan tersebut, termasuk pihak yang menghembuskan isu pertama kali.
Di Senayan, usulan Hak Angket pun digulirkan lantaran partai Demokrat tidak terima pembicaraan ketua umum mereka direkam oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun gagasan tersebut belum mendapat dukungan dari fraksi lain. Ada kesan fraksi di parlemen memilih sikap wait and see, berkemungkinan menunggu instruksi dari ketua umum masing-masing partai.
Partai-partai pendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menganggap usulan Angket yang digagas oleh mantan partai penguasa tersebut adalah terkesan lebay. Sebab, curhatan SBY di media social membuat kondisi politik semakin tegang jelang hari pencoblosan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Uniknya, partai yang berseberangan dengan pemerintah, partai Gerindra melalui ketua umum Prabowo Subianto menganggap penyadapan itu sesuatu yang lumrah dan biasa saja. Dia pun mengaku bahwa alat komunikasi yang ia pakai ikut-ikutan disadap tapi Prabowo tidak mempermasalahkan karena dia tidak melakukan hal-hal yang melanggar undang-undang.
"Kalau kita memang kita niatnya baik, kita lakukan semua dalam koridor pancasila, dalam koridor kebaktian, koridor membakti kepada Ibu Pertiwi, Kita bekerja semua dengan niat untuk bangsa, dan kita tidak melanggar hukum, disadap juga nggak apa-apa. Iya kan?" kata Prabowo sperti dikutip oleh berbagai situs media online.
Logikanya partai oposisi seperti PKS dan Gerindra menyambut tawaran democrat tapi ketua umum Gerindra menganggap isu penyadapan bukanlah kasus besar yang perlu ditangani lewat Angket.
Dinginnya tanggapan partai-partai di Senayan dan tokoh-tokoh politik terhadap permasalahan yang menghinggapi mantan presiden ke-enam itu menjadi tanda tanya bagi kita semua. Apakah SBY telah kehilangan pengaruh dikalangan elite? Hamper tak ada teman partai yang dating memberikan dukungan. Ini merupakan kondisi yang janggal ketika mantan Presiden dua priode dibelit masalah.
Turunnya SBY setelah 10 tahun berkuasa tidak membuat dia menjadi seorang tokoh politik yang disegani. Ada kesan situasi tersebut dipengaruhi sikap politik SBY tiga tahun belakangan ini yang tampak menghindari konflik dan bersinggungan dengan kekuatan politik manapun.
Namun disisi lain, jejaring partai Demokrat dan fraksi-fraksi di DPR dan DPRD mayoritas mendukung Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Pengamat politik berpendapat bahwa SBY bermain aman dan ada pula yang menuding SBY sedang bermain dua kaki karena Ruhut Sitompul, corong partai dmeokrat masa itu memihak Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ada kesan Presiden SBY lebih memilih menjaga citra diri ketimbang terlibat dalam hiruk pikuk politik pada masa
Usai Pilpres terjadi gejolak politik di parlemen. Koalisi Merah Putih (KMP) terlibat adu kekuatan dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dalam pemilihan pimpinan DPR dan Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
Lagi-lagi Demokrat menyatakan sikap tidak memihak koalisi manapun. Sikap democrat tersebut mereka istilahkan sebagai partai penyeimbang. Tapi anehnya, democrat kebagian satu kursi pimpinan yang diduduki oleh Agus Hermanto. Public memberi respon negative kepada Demokrat dan tentunya juga kepada SBY.
Setelah itu partai sibuk dengan urusan jabatan, yang KIH asyik dengan rebutan jatah Menteri yang kemudian partai-partai di KMP ikutan bergabung ke pemerintahan Jokowi. Hanya Gerindra dan PKS yang masih bertahan dari berbagai godaan.
Dalam perjalanan pemerintahan Jokowi, pihak SBY menjadi tertuduh atas masalah ekonomi dan politik yang terus bergejolak. Berkali-kali ketua umum partai Demokrat itu memberikan keterangan kepada pers untuk menjawab segala tudingan. Terlihat hanya partai democrat saja yang melakukan pembelaan. Partai lain mimilih diam. Disini tampak jelas democrat tak punya lagi teman setia atau koalisi. Sikap-sikap politik SBY sebelumnya bisa jadi menjadi penyebab semua itu terjadi.
Jika boleh berandai-andai—andaikan dulu SBY pasang badan mendukung Prabowo Subianto dan parlemen tidak memilih ikut gerbong KMP berkemungkinan besar tidak ada pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno alias Gerindra akan mendukung pencalonan Agus Yudhoyono. Karena Prabowo sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan yang sering dia ungkapkan dalam setiap pidato politiknya.
Kita dapat melihat kesetiakawanan Prabowo itu di usai menderita kekalahan di Pilpres. Pada pemilihan pimpinan DPR, Gerindra hanya kebagian posisi wakil ketua, posisi ketua diberikan pada Golkar. Dalam komposisi pimpinan MPR, Gerindra tidak kebagian karena mereka lebih mementingkan teman koalisi dari pada partai sendiri.
Kini, SBY menjadi objek serangan dari lawan politik. Tak terlihat teman yang datang membantu. Dapat dikatakan bahwa keputusan politik sebagai partai penyeimbang menjadikan democrat harus berjuang sendiri tanpa ada partai yang lain peduli. Democrat tak punya kekuatan politik lagi.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Transparansi dan Kemudahan Investasi dari Bupati Hendrajoni
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBWeno Aulia Durin: Golkar Akan Pertahankan Kemenangan Pileg
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler